Judul : Death in clouds
Penulis : Agataha Christie
Penerbit : Fontana
Penulis : Agataha Christie
Penerbit : Fontana
Misteri dimulai ketika Poirot memulai penerbanganya dengan beberapa penumpang pesawat dari Paris ke Croydon. Memang ya di manapun keberadaan Poirot selalu ditemani dengan misteri bahkan di atas awan sekalipun. Sebelum pesawat mendarat dan touch down di Croydon, ada sebuah peristiwa yang menarik bagi Poirot yaitu adanya peristiwa pembunuhan.
Salah satu penumpang dipesawat itu diduga terbunuh, korban yang belum diketahui identitasnya. Mayat ditemukan pertama kali oleh pramugara saat akan menagih uang tips. Kematian tersebut diperkuat oleh pernyataan Dr. Bryant yang juga salah satu penumpang pesawat tersebut. Menurut kesaksian dr. Bryant korban meninggal tiga perempat jam setelah ditemukan, dan terdapat luka seperti luka sengatan tawon. Tentunya kasus ini sangat menarik minat Poirot, tanpa ba-bi-bu lagi Poirot langsung memulai penyelidikan. Ditemukanya 'fluffy silk' berwarna hitam dan kuning yang disangkanya adalah lebah namun ternyata disinyalir merupakan peluru dari senjata suku pribumi Indian yaiutu blow pipe.
Stelah pesawat mendarat Poirot dibantu oleh pramugara dan pramugari menahan semua penumpang untuk tidak segera meninggalkan bandara Croydon. Beberapa penumpang tampak komplainm namun ditenangkan kembali oleh polisi yang segara datang ke tempat kejadian perkara. Semua penumpang yang berada di buntut pesawat tersebut dijadikan sebagai tersangka yang kemudian diarahkan ke ruang pribadi khusus yang ada di bandara. Poirot dan polisi memulai penyelidikan.
Korban bernama Marie Morrisot, merupakan nama yang tertera di pasport korban. Identitas semua penumpang pun terungkap, yaitu :
- Jane Gray, Seat No. 16, merupakan gadis yang bekerja di salon, ia berhasil memenangkan Russian roullete sehingga ia bisa pergi ke Croydon dengan Promeatheus Airlines.
- Norman Gale, Seat No.12, Pria yang duduk di depan Jane Gray dan merupakan lawan Jane bermain roulette di Le Pinet, ia adalah seorang dokter gigi.
- Lady Horbury atau The Countess of Horbury, Seat No. 13. Wanita yang berdandan dan bergaya ala Cina yang suka menyimpan potongan kukunya dalam kotak bergaya Marroco atau Marroco Case. Tidak adanya kesempatan untuk melihat apapun/ kejadian apapun yang terjadi dipejalanan, menurut alibinya ia tidak meninggalkan kursinya selama diperjalanan, tak ada penumpang yang meliwati kursinya dan ia tidak menyadari adanya lebah yang terbang.
- Venetia Kerr, Seat No. 17 merupakan salah satu wanita yang berani menyalakan sigaret di dalam pesawat, ia menyadari adanya beberapa penumpang yang menepis dan membunuh lebah.
- Monsieur Armand Dupont Seat No. 5 berkebangsaan Perancis yang menggunakan setelan kumuh, sepertinya telah mengunjungi Borneo atau Amerika Selatan. Bersama anaknya Jean Dupont adalah ayah dan anak yang sama-sama seorang arkeolog. Mereka beralibi tidak meninggalkan tempat dudukya karena asik dengan perincangan mngenai sejarah, dan Monsieur Jean Dupont menyadari adanya lebah.
- Monsieur Jean Dupont, Seat No.6. merupakan putera dari Armand Dupont, menyadari adanya lebah.
- Mr. Daniel Clancy,Seat No.8 merupakan penulis cerita detektif. Ia mengakui pernah membeli blow pipe di Charing cross road tetapi ia tidak melihatnya lagi setelah enam bulan kebelakang.
- Doctor Bryant,Seat No.10 meupakan dokter spesialis telinga dan tenggorokan, ia membawa flute dan pernah sekali-kali memainkanya di pesawat.
- Mr. James Ryder, Seat No.4 salah satu pria yang duduk di depan korban dan tidak mendengar apapun.
- Madame Gisele, Seat No. 2
- Hercule Poirot, Seat No. 9
Seperti novel- novel Agatha yang lainya, kita di arahkan untuk mencurigai pelaku yang tidak disangka-sangka melakukan pembunuhan.